CATL, Perusahaan Pembuat Baterai Dari China yang Bikin AS Resah. Kenapa?
20 Maret 2024 - dibaca 434 kaliDalam era di mana teknologi energi terbarukan semakin mendominasi, perusahaan seperti Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) telah menjadi pemimpin dalam inovasi dan pengembangan solusi baterai yang canggih. CATL, berbasis di China, telah menjadi salah satu produsen baterai terbesar dan terkemuka di dunia, memainkan peran penting dalam transformasi industri energi global.
Dengan fokus pada penelitian dan pengembangan baterai lithium-ion, CATL telah menghasilkan berbagai produk yang berkinerja tinggi dan ramah lingkungan. Perusahaan ini telah mengembangkan teknologi baterai yang menghadirkan kapasitas penyimpanan energi yang lebih besar, masa pakai yang lebih panjang, dan waktu pengisian yang lebih cepat. Ini tidak hanya berdampak pada mobilitas listrik dengan baterai kendaraan elektrik yang lebih efisien, tetapi juga memperluas penggunaan energi terbarukan dalam berbagai aplikasi seperti penyimpanan energi rumah tangga dan grid.
CATL merupakan produsen baterai yang sudah bekerjasama dengan banyak produsen mobil seperti BMW, Volkswagen, hingga Tesla.
Pada bulan Februari, Duke Energy, sebuah perusahaan energi AS yang telah melayani lebih dari 8 juta pelanggan, mengatakan pihaknya menghentikan penggunaan baterai CATL secara bertahap. Duke mengatakan pihaknya akan mengganti produk CATL dengan teknologi dari pemasok dalam negeri. Keputusan itu diambil setelah anggota parlemen menyuarakan keprihatinan tentang penggunaan baterai CATL di pangkalan Korps Marinir, Camp Lejeune, di North Carolina. Duke, yang menyediakan infrastruktur listrik ke pangkalan militer, memutus baterai CATL pada bulan Desember dan sekarang berencana untuk menonaktifkannya sepenuhnya, serta menghapuskannya dari proyek sipil.
Ford juga mendapat kecaman karena berbisnis dengan CATL. Kesepakatan antara kedua perusahaan untuk membangun pabrik di Michigan guna memproduksi baterai lithium besi fosfat berbiaya rendah untuk kendaraan listrik menggunakan teknologi CATL telah berulang kali dipertanyakan oleh anggota parlemen AS. Marco Rubio, wakil ketua komite intelijen Senat, mengatakan rencana tersebut akan membawa "musuh geopolitik terbesar Amerika ke jantung negaranya". Pada bulan November, Ford mengurangi rencananya untuk pabrik tersebut, mengurangi kapasitasnya hingga 40%.
Para kritikus khawatir bahwa penggunaan baterai CATL dapat menciptakan ketergantungan pada teknologi dari China yang dapat menjadi kerentanan jika terjadi memburuknya hubungan antara Washington dan Beijing. Ada juga kekhawatiran bahwa subsidi pajak AS untuk teknologi ramah lingkungan dapat mengalir ke perusahaan-perusahaan China.